Oleh : Zeta/Kompasiana
Al Azhar asy Syarif dalam sejarahnya didirikan oleh penguasa Syi'ah yang menguasai Mesir dengan dinasti Fathimiyahnya. Al Azhar yang didirikan untuk menjadi benteng keilmuan syi'ah dalam perkembangannya menjadi benteng bagi otoritas keilmuan sunni seiring dengan jatuhnya dinasti Fathimiyah dan beralih ke raja-raja yang ahlus Sunnah.
Keberadaan Al Azhar merupakan jaminan 'kebenaran' karena kajian2 tentang keislaman yang luar biasa. Penggemblengan mahasiswa di Universitas Al Azhar demikian beratnya. Sedangkan Al Azhar secara institusi merupakan kekuatan tersendiri yang tidak bisa diabaikan oleh para penguasa di dunia Islam, lebih khusus di Mesir. Grand Syaikh Al Azhar kedudukannya sangat kuat, mungkin setara dengan perdana Menteri.
Peran yang luar biasa itulah yang menjadikan Mobarak sangat berambisi untuk menguasai Al Azhar. Dengan berbagai trik yang sangat licik, Mobarak melakukan operasi intelijen dengan melakukan penyusupan2, menyusupkan kader2 Mobarak untuk menjadi 'ulama', saya beri tanda kutip karena mereka menjadi ulama karena diterbitkan bukan karena keilmuan atau ketaatannya kepada Allah.
Thonthowi yang menjadi Grand Syaikh Al Azhar sebelum inipun juga sudah merupakan kader susupan dari Mobarak. Namun karena tradisi Al Azhar yang sangat ketat, meskipun Grand Syaikh di tunjuk oleh Mobarak langsung, tidak banyak berkutik ketika ulama2 yang senior masih hidup. Syaikh Sya'rawi merupakan tonggak terakhir ulama yang berani mengatakan tidak kepada Mobarak. Apa yang diinginkan oleh Mobarak selalu ditimbang dari sudut pandang keislaman dan dibahas secara akademis, sehingga tidak demikian mudah bagi Mobarak untuk mendikte Al Azhar. Tahun 2000 adalah tahun dimana meninggalnya Syaikh Sya'rawi dan dengan demikian kader2 Mobarak bebas berkeliaran dan memfatwakan apa saja termasuk yang bertentangan dengan Islam.
Ahmad Thayyib, seorang Doktor jebolan Sorbonne, France merupakan eksekutif komite pada partainya Mobarak. Dia adalah orang yang sangat penting di dalam lingkaran dalam Mobarak. Dialah yang kini memimpin Al Azhar. Makanya ketika Demo 25 Januari tahun silam, Ahmad Thayyib yang memfatwakan haramnya mendemo penguasa. Ketika Mobarak jatuh, dia mendiamkan. Ketika Morsi di demo, Ahmad Thayyib tidak mengeluarkan fatwa haramnya demonstrasi. Ketika Morsi Jatuh dan penguasa dipegang As Sisi, Kader potensial dari Mobarak serta merta Ahmad Thayyib membawa institusi Azhar untuk mendukung bahkan ikut merencanakan penjatuhan Morsi. Setelah Sisi menjadi penguasa, lagi2 Ahmad Thayyib mengeluarkan haramnya demonstrasi menentang penguasa.
Bahkan yang lebih parah keluarnya fatwa bahwa demonstrasi itu termasuk dalam kategori memberontak. Penindakan lebih keras termasuk membunuh diperbolehkan.
Melihat fenomena saat ini memang luar biasa, Antek2 Mobarak menguasai semua lini, terdaftar :
1. Semua TV adalah milik keluarga Mubarak (saudara sepupu Suzanne, Istri Mobarak)
2. Sisi menikah dengan saudara jauh Suzanne (istri Mobarak)
3. Peradilan dipenuhi dengan hakim2 kader Mobarak
4. Kejaksaan dipenuhi dengan jaksa2 dari kader Mobarak
5. Kepolisian disterilkan dari unsur yang tidak suka dengan mobarak (melalui tes screening)
6. Militer dibuat sebagai lembaga tertinggi Negara, Undang2 Dasar dan Negara tidak berhak mengatur militer. Sedangkan presiden, MK dan Parlemen harus tunduk kepada UUD
7. Inner Circle mobarak menguasai 20% asset dan keuangan Mesir, sedangkan Militer menguasai hampir 30%nya. Sisanya hampir semua yang berkaitan dengan Mobarak.
8. Gas, Minyak, Emas, dan beberapa hasil tambang dikuasai sepenuhnya oleh kroni mobarak. Termasuk Gas dengan kebijakan menjual Gas kepada Israel dengan harga 10% dari harga pasar.
9. Terusan suez digadaikan kepada Emirat Arab dan Saudi.
10. Al Azhar sekarang banyak disusupi kader2 partai milik Mobarak
Dan satu-satunya yang tidak dimiliki Mobarak hanya dukungan rakyat. Semoga Rakyat mesir segera menemukan kedamaian dengan tumbangnya Fir'aun Mobarak beserta semua kroni2nya.
Sehingga kedatangan Ahmad Karimah ke Indonesia untuk menjadi kacung As Sisi dalam mempropagandakan tentang benarnya membantai orang yang shalat shubuh menjadi tidak mengherankan. Saya salut dengan MUI dan DPR yang menolak orang yang tangannya berlumuran darah ribuan kaum muslimin.
Anda bisa mengatasnamakan siapa saja, tetapi anda tidak bisa menutup kebenaran. Siapkah anda menjawab pertanyaan Allah di akhirat nanti, apa sebab anda mendukung pembantaian jamaah shubuh ?
Asqi Resnawan 07 Sep, 2013
-
Source: http://muslimina.blogspot.com/2013/09/kudeta-terhadap-al-azhar.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar