Muhammad Muhsin Shalih
Mereka yang saat ini menari kegirangan karena jatuhnya "Islam Politik" setelah kudeta militer di Mesir atau seakan seakan media massa corong mereka sedang berpesta kematiannya sebenarnya sedang berilusi. Seharusnya mereka belajar dari sunatullah di alam raya ini dan belajar sejarah kejayaan dan kemunduran.
Sebelum lebih jauh, penulis ingin menjelaskan dua catatan penting;
Pertama, istilah Islam politik adalah terminologi produk barat. Kita terpaksa menggunakannya karena sudah lazim dan populer digunakan. Juga karena ia menjadi istilah satu satunya untuk menyampaikan makna yang kami inginkan.
Kami meyakini, Islam adalah Islam. Islam tidak perlu untuk dikategorisasikan atau dipisah-pisahkan. Tidak ada Islam politik, tidak ada Islam tidak politik. Sederhananya Islam adalah agamaa yang lengkap dan komprehensif yang mengatur seluruh sisi-sisi kehidupan; sosial, politik, ekonomi, ibadah, pembinaan, pendidikan dan lain-lain. Sehingga sisi politik hanyalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari Islam. Islam seperti inilah yang dipahami oleh sebagian besar dari kalangan aktifis Islam (baca; pergerakan Islam). Namun mereka merupakan aliran moderat yang memiliki proyek peradaban dan meyakini tentang pluralisme dan peran nasional bagi semua kelompok selain mereka, serta menjauhi kekerasan dalam perlakuan dan hubungannya dengan anak bangsa lainnya.
Kedua, kudeta militer di Mesir merupakan penghujung dari gelombang balik yang ingin menghabisi dan mengakhiri Arab Spring dan mengembalikan rezim lama yang selama ini bercokol kuat. Namun kudeta itu dibungkus dan dikemas dengan pakaian baru dengan berkoalisi dan berkolaborasi dengan kekuatan kekuatan regional dan internasional. Mereka menganggap revolusi di negara-negara Arab dan proses perubahan menjadi ancaman bagi masa depan dan kepentingan mereka.
Bagi mereka, Islam Politik merupakan pondasi kuat bagi perubahan dan mampu menarik simpati publik dalam pemilu-pemilu. Karena itu kelompok ini menjadi target bagi kudeta tersebut diatas dan yang menjadi ujung tombak nya adalah Jamaah Ikhwanul Muslimin. Jamaah ini menjadi target inti dari proyek kudeta militer di Mesir.
Bagi para pengamat seharusnya mereka memperhatikan bagaimana kudeta ini bersamaan dengan operasi di negeri Islam lain yang data dan hasilnya muncul di permukaan. Hal tersebut mengindikasikan adalah koordinasi, kontrol dan singkronisasi dengan tujuan akhir menggagalkan kelompok Islam baik di Tunis, Yaman, Maroko serta kelompok oposisi yang ada di Suriah serta menekan kelompok Turki. Juga bersamaan dengan propaganda media yang begitu dahsyat terhadap gerakan Hamas, menguatnya blokade terhadap Jalur Gaza, penutupan perlintasan Rafah dan penghancuran terowongan-terowongan. Data-data ini menjadi indikator bahwa Islam politik telah memberikan pukulan yang begitu telak di Mesir.
Pada saat Islam Politik mengalami kesulitan dalam menyatukan barisan dan sejumlah kemunduran dan kegagalan, meski begitu mengamati peta umum politik dan strategi serta memahami watak dasar rakyat di kawasan Timur Tengah akan berkesimpulan bahwa Islam Politik akan kembali menjadi lebih kuat dan memiliki popularitas dan kemampuan yang lebih besar.
Hal itu bisa kita lihat dari beberapa faktor;
Pertama, kelompok ini mengadopsi Islam sebagai pemikiran sebagai sumber moral pandangan hidup. Mereka merupakan kelompok otentik kuat yang mengakar di bangsa Arab dan umat Islam. Gerakan-gerakan pembaharuan dan reformasi Islam yang telah memainkan peran politik dan reformasi serta revolusi selama ini akan kembali. Akarnya kembali kepada abad pertama hijriah yang misalnya lahir pada saat terjadinya revolusi Husen bin Ali, Abdullah bin Zubair, Abdurrahman bin Hasan dan tidak akan pernah berhenti sepanjang zaman. Dalam sejarah modern mereka umat Islam menghadapi kondisi keterbelakangan karena kolonialisme terhadap negeri negeri-negeri Islam. Namun mereka akan kembali lagi karena komponen utamanya adalah Islam yang juga menjadi semangatnya, seperti hanya kelompok Wahabi di Jazirah arab, Kelompok Mahdi di Sudan, kelompok Sununiah di Libia gerakan Ahmad Khan di India, gerakan Ikhwanul Muslimin kemudian jamaah-jamaah Islam di benua India, Nursiah di Turki dan seluruh kelompok-kelompok reformis lainnya yang tidak mungkin dimarjinalkan apa lagi dicabut dari akarnya. Penyebanya, sederhana karena mereka paling sesuai dengan komposisi, agama, sosial, budaya, peradaban manusia di kawasan tersebut. Dan karena nilai-nilai dan etika yang dibawanya adalah nilai-nilai yang dibawa oleh bangsa Arab dan Muslim tanpa dibuat-buat dan dipaksaka.
Inilah yang menafsirkan bagaimana ketika rezim-rezim otoriterisme dan korup jatuh ketika suasana kebebasan dimunculkan. Maka kelompok yang moderat ini maju kedepan dan mendapatkan popularitas publik.
Kedua, tragedi perang 1967 dimana zionis menjajah sisa wilayah Palestina, Sinai dan Golan telah ikut mengungkap peran rezim-rezim militer kawasan, kelompok kiri dan kelompok konservatif nasionalis. Akibat tekanan zionis dan antek-anteknya, kelompok Islam ini mengalami kenaikan disana. Sementara di tempat lain terjadi kekurangan akibat lemahnya kinerja. Tindakan kesewenang-wenangan yang diterapkan oleh rezim-rezim disana kelompok Islam menjadi semakin tertekan. Namun mereka tetap akan terus mengalami perbaikan dan terlepas dari siapa yang berkuasa di pucuk pimpinan kekuasaan dan pemerintahan. Terlepas dari itu kelompok Islam akan memiliki popularitas utama di sebagian besar negara negara Arab.
Ketiga, sejak umat Islam mengalami kemunduran peran peradaban karena kolonialisme atau penjajahan zionis atau perpecahan di internal karena politik belah bambu, mereka juga terlibat konflik ideologi. Mereka menjadi yang sedang mencari identitas. Mereka kehilangan rute politiknya yang bisa mengembalikan identitas dan kebangkitan serta kedudukan mereka sebagai umat yang seharusnya maju dikalangan di atas bangsa lain.
Problematika ekonomi bukanlah problema esensial. Problematika ekonomi hanya salah satu indikator sebagian besar negeri kita termasuk di negeri Arab Spring. Tidak ada satupun warga yang mati karena kelaparan. Banyak diantara mereka yang mati karena penyakit obesitas. Bahkan ribuan mereka mati setiap harinya berkali-kali ribuan akibat ketertindasan dan kezaliman selama puluhan tahun rezim-rezim militer. Rezim yang selama ini mengibarkan slogan nasionalisme, Nasiria, rezim sekuler, kiri sosialis ataupun liberal kapitalisme telah gagal sebagaimana telah gagal pula rezim monarki yang tak mampu menjawab identitas, persatuan, pembangunan dan menghadapi proyek zionisme. Yang tersisa hanya kelompok Islam civilization yang belum mengambil peran hakikinya di dalam pemerintahan.
Keempat, kelompok Islam adalah kelompok yang paling kaya dengan potensi dari kalangan anak mudanya. Hal ini berbeda dengan sebagian besar kelompok kiri, liberal dan nasionalis yang sebagian besar besar pemimpinnya tidak melebihi dari satu musim dan tidak bisa memperbarui atau melakukan suksesi. Kelompok Islam ini adalah kelompok yang paling banyak mendapatkan popularitas dan tersebar di kalangan para pemuda dan para lulusan perguruan tinggi. Termasuk mereka menduduki lembaga asosiasi. Ini menegaskan bahwa kelompok ini telah memenuhi pos-pos politik media, ekonomi selama puluhan tahun.
Jadi kesimpulannya kita saat ini sedang menghadapi generasi yang akan datang dan generasi yang sedang berjalan.
Kelima, barangkali karena kasih sayang Allah kepada kelompok Islam di Mesir sehingga terjadi kudeta militer meskipun dengan berbagai macam tindakan represif yang brutal revolusi di Mesir. Revolusi di Mesir memang belum sempurna dan belum diikuti oleh perubahan perangkat-perangkat revolusi yang memungkinkan untuk menjaganya seperti keadilan transisi. Belum ada perubahan lembaga-lembaga penjaga revolusi dan perangkat untuk melakukan media konter serta cara-cara untuk menyikapi berbagai bentuk perusakan dan pembatalan undang-undang negara yang selama ini sudah mengakar kuat. Kelompok kelompok Islam sendiri dalam posisi dilematis yang tidak mampu untuk melakukan perubahan. Tindakan militer yang menunggangi revolusi 25 januari 2011 untuk merangkul semua kelompok kemudian berusaha melakukan revisi. Yang pada akhirnya mereka mampu menelikung dan memotong jalan untuk menyempurnakan revolusi tapi dengan cara militer.
Kelompok Islam sudah berusaha untuk menerapkan dan mengimplementasikan program-program mereka melalui lembaga-lembaga yang bekerja untuk menggagalkan dan menyatukan mereka. Mereka juga sudah berusaha melakukan penyesuaian diri dengan lembaga-lembaga tersebut dan mengembangkannya dengan keyakinan akan terjadi perubahan dan suksesi kepemimpinan yang damai. Namun akhirnya mereka harus membayar harga yang sangat mahal karena mereka memiliki proyek peradaban di sebuah lingkungan yang sedang menjalankan revolusi.
Ya, mereka harus membayarnya dengan menurunnya popularitas mereka dan ketidakmampuan menerapkan program-program mereka. Maka Allah memberikan kasih sayang kepada mereka dengan cara membuka kedok kepada semua orang tentang "revolusi balasan (revolusi balik)" dan hubungannya dan koalisi mereka serta pengaruh besar yang mereka miliki di dalam lembaga-lembaga negara. Dan semua ini akan memancing terjadinya gelombang revolusi baru. Kelompok Islam telah memberikan contoh peradaban yang luar biasa di dalam menghormati proses demokrasi dan peralihan kekuasaan yang damai, menghormati hasil kotak suara pemilu. Mereka menang di Mesir dengan lima posisiu penting; kemenangan dalam pemilu, membentuk konstitusi baru, lembaga legislative, dewan syuro dan jabatan presiden serta konsitusi dalam pemilu yang bersih dan transparan. Mereka layak menjadi wakil rakyat Mesir.
Di era presiden Mursi tak ada satupun tawanan politik. Media massa pemerintahan sering menyerang mereka dan mencemarkan nama baik serta mengkriminalkan mereka. Namun media masa itu tetap tidak dibredel. Sebaliknya kantor pusat Jamaah Ikhwanul Muslimin dibakar dan sebagian kadarnya dibunuh. Dipermukaan mereka tampak seperti pihak lemah meskipun mereka menguasai pucuk pimpinan pemerintahan. Kelompok Islam telah memberikan contoh peradaban luar biasa, meskipun mereka telah digulingkan dalam sebuah kudeta. Mereka telah membuktikan kesiapan mereka dalam bidang popularitas yang luas dan berkelanjutan.
Di sisi lain kudeta dan para pendukungnya telah terungkap kebohongan dalam jargon demokrasi mereka. Mereka terbukti melakukan pencemaran nama baik, penghianatan, manipulasi dan menyebarkan kebencian. Mereka tidak menghormati dan tidak tahan terhadap kritikan. Mereka kemudian menutup media massa yang berseberangan. Mereka melakukan operasi teror dan penghancuran besar-besaran terhadap kelompok Islam dan setiap orang yang menentang mereka. Ratusan bahkan ribuan darah akhirnya tertumpah darahnya dalam pembantaian terhadap demonstran damai. Ribuan orang ditangkap. Mereka menuding tokoh-tokoh dan kelompok Islam sebagai orang yang berada dibelakang segala macam kerusakan kerusuhan. Ini semua membuktikan kegagalan militer dan pewaris rezim sebelumnya di dalam menyikapi masalah kebangsaan yang tidak mencerminkan sebagai pengembang peradaban yang maju. Mereka telah mempersempit kebebasan. Mereka menyadari tidak bisa memberikan kebebasan kepada kelompok Islam dalam mengungkapkan pendapat dan bekerja atau beraktivitas.
Karena tindakan mereka akan menyebabkan popularitas kelompok Islam semakin naik. Simpati publik terhadap mereka semakin bertambah. Sementara kelompok-kelompok lainnya dan kelompok pemuda justru semakin mendukung kelompok Islam. Mereka telah membuktikan mereka sesungguhnya adalah pembela dari konstitusi dan proses demokrasi.
Ketujuh, tindakan kelompok kudeta militer adalah pengakuan secara tidak langsung akan ketidakmampuan mereka dalam menghadapi kelompok Islam di dalam pemilu yang jurdil. Tindakan represif yang ingin menghabisi kelompok Islam terutama dari jamaah Ikhwanul Muslimin adalah bukti kelompok kudeta dan para pendukungnya lebih memilih berada diatas tank daripada mengikuti pemilu. Kelompok kudeta telah menyiapkan kotak tersendiri dalam pemilu sesuai dengan standar mereka. Karena jika tidak kenapa mereka tidak bersabar 2 bulan atau 3 bulan untuk mengikuti pemilu parlemen dengan jaminan kebersihannya?
Kedelapan, nampaknya pilihan kelompok kudeta terhadap proses demokrasi dan dengan lawan kelompok Islam akan sulit. Bagi mereka masih ada kemungkinan rezim lama korup dan otoriter kembali lagi. Namun public akan menilai permainan demokrasi mereka.
Sembilan, kawasan ini kawasan timur tengah warga sudah tidak lagi merasakan adanya ketakutan rezim rezim represif dan otoriter telah melampaui sejarah dan mereka tidak akan bisa kembali. Mereka tidak akan bisa berlanjut ketika unsur kebebasan dan kehormatan telah mereka rampas. Sehingga bisa dipastikan akan ditentukan oleh kelompok Islam yang memiliki kesempatan lebih kuat untuk kembali memimpin baik dalam waktu dekat ataupun jangka panjang.
Kesepuluh, kelompok Islam bukanlah malaikat. Mereka pun pernah salah dan pernah benar. Mereka bersalah tapi mereka belajar dari kesalahan. Kelompok Islam belajar dari pemerintahan selama puluhan tahun. Mereka membutuhkan fase transisi untuk bisa melakukan kerja kerja dan mengembalikan hak mereka. Barangkali pengalaman yang sudah terlampaui, kelompok Islam terdorong untuk melakukan sejumlah langkah lebih terbuka terhadap semua kelompok masyarakat dan lebih tegas lagi menyampaikan program mereka. Mereka juga harus bisa meyakinkan kelompok minoritas agama dalam program peradaban mereka dan membuka peluang bagi mereka untuk terlibat secara hakiki di dalam kerja nasional. Mereka harus berusaha untuk menampung seluruh potensi, meluaskan koalisi dan kerjasamanya. Sehingga tercipta jaringan keamanan nasional yang menjaga revolusi dan pada demokrasi.
Kudeta telah menjadi pelajaran yang sangat keras kelompok Islam. Pelajaran ini tidak bisa dinilai dengan materi. Mereka mengetahui secara jelas tentang peta kawan dan lawan. Mereka mengetahui titik lemah dan kekurangan mereka. Allah mentakdirkan masalah ini sampai kelompok Islam menjadi lebih baik dengan apa yang mereka miliki untuk membentuk masyarakat dan negara serta mampu melakukan kinerja yang lebih baik. Termasuk dalam melakukan manajemen konflik dengan proyek zionisme dan proyek barat di kawasan Timur Tengah.
"Jangan kalian kira ini adalah buruk bagi kalian, sebaliknya ini adalah lebih baik bagi kalian" (An-Nur;11)
Firman Allah yang paling sesuai dengan mereka. Karena itu gelombang balik revolusi yang menyingkirkan kelompok Islam di Mesir mereka hanyalah satu langkah mundur ke belakang untuk melakukan lompatan jauh ke depan. (bsyr)
Sumber: Aljazeera.net
-
Source: http://muslimina.blogspot.com/2013/09/islam-politik-satu-langkah-mundur-untuk.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Mereka yang saat ini menari kegirangan karena jatuhnya "Islam Politik" setelah kudeta militer di Mesir atau seakan seakan media massa corong mereka sedang berpesta kematiannya sebenarnya sedang berilusi. Seharusnya mereka belajar dari sunatullah di alam raya ini dan belajar sejarah kejayaan dan kemunduran.
Sebelum lebih jauh, penulis ingin menjelaskan dua catatan penting;
Pertama, istilah Islam politik adalah terminologi produk barat. Kita terpaksa menggunakannya karena sudah lazim dan populer digunakan. Juga karena ia menjadi istilah satu satunya untuk menyampaikan makna yang kami inginkan.
Kami meyakini, Islam adalah Islam. Islam tidak perlu untuk dikategorisasikan atau dipisah-pisahkan. Tidak ada Islam politik, tidak ada Islam tidak politik. Sederhananya Islam adalah agamaa yang lengkap dan komprehensif yang mengatur seluruh sisi-sisi kehidupan; sosial, politik, ekonomi, ibadah, pembinaan, pendidikan dan lain-lain. Sehingga sisi politik hanyalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari Islam. Islam seperti inilah yang dipahami oleh sebagian besar dari kalangan aktifis Islam (baca; pergerakan Islam). Namun mereka merupakan aliran moderat yang memiliki proyek peradaban dan meyakini tentang pluralisme dan peran nasional bagi semua kelompok selain mereka, serta menjauhi kekerasan dalam perlakuan dan hubungannya dengan anak bangsa lainnya.
Kedua, kudeta militer di Mesir merupakan penghujung dari gelombang balik yang ingin menghabisi dan mengakhiri Arab Spring dan mengembalikan rezim lama yang selama ini bercokol kuat. Namun kudeta itu dibungkus dan dikemas dengan pakaian baru dengan berkoalisi dan berkolaborasi dengan kekuatan kekuatan regional dan internasional. Mereka menganggap revolusi di negara-negara Arab dan proses perubahan menjadi ancaman bagi masa depan dan kepentingan mereka.
Bagi mereka, Islam Politik merupakan pondasi kuat bagi perubahan dan mampu menarik simpati publik dalam pemilu-pemilu. Karena itu kelompok ini menjadi target bagi kudeta tersebut diatas dan yang menjadi ujung tombak nya adalah Jamaah Ikhwanul Muslimin. Jamaah ini menjadi target inti dari proyek kudeta militer di Mesir.
Bagi para pengamat seharusnya mereka memperhatikan bagaimana kudeta ini bersamaan dengan operasi di negeri Islam lain yang data dan hasilnya muncul di permukaan. Hal tersebut mengindikasikan adalah koordinasi, kontrol dan singkronisasi dengan tujuan akhir menggagalkan kelompok Islam baik di Tunis, Yaman, Maroko serta kelompok oposisi yang ada di Suriah serta menekan kelompok Turki. Juga bersamaan dengan propaganda media yang begitu dahsyat terhadap gerakan Hamas, menguatnya blokade terhadap Jalur Gaza, penutupan perlintasan Rafah dan penghancuran terowongan-terowongan. Data-data ini menjadi indikator bahwa Islam politik telah memberikan pukulan yang begitu telak di Mesir.
Pada saat Islam Politik mengalami kesulitan dalam menyatukan barisan dan sejumlah kemunduran dan kegagalan, meski begitu mengamati peta umum politik dan strategi serta memahami watak dasar rakyat di kawasan Timur Tengah akan berkesimpulan bahwa Islam Politik akan kembali menjadi lebih kuat dan memiliki popularitas dan kemampuan yang lebih besar.
Hal itu bisa kita lihat dari beberapa faktor;
Pertama, kelompok ini mengadopsi Islam sebagai pemikiran sebagai sumber moral pandangan hidup. Mereka merupakan kelompok otentik kuat yang mengakar di bangsa Arab dan umat Islam. Gerakan-gerakan pembaharuan dan reformasi Islam yang telah memainkan peran politik dan reformasi serta revolusi selama ini akan kembali. Akarnya kembali kepada abad pertama hijriah yang misalnya lahir pada saat terjadinya revolusi Husen bin Ali, Abdullah bin Zubair, Abdurrahman bin Hasan dan tidak akan pernah berhenti sepanjang zaman. Dalam sejarah modern mereka umat Islam menghadapi kondisi keterbelakangan karena kolonialisme terhadap negeri negeri-negeri Islam. Namun mereka akan kembali lagi karena komponen utamanya adalah Islam yang juga menjadi semangatnya, seperti hanya kelompok Wahabi di Jazirah arab, Kelompok Mahdi di Sudan, kelompok Sununiah di Libia gerakan Ahmad Khan di India, gerakan Ikhwanul Muslimin kemudian jamaah-jamaah Islam di benua India, Nursiah di Turki dan seluruh kelompok-kelompok reformis lainnya yang tidak mungkin dimarjinalkan apa lagi dicabut dari akarnya. Penyebanya, sederhana karena mereka paling sesuai dengan komposisi, agama, sosial, budaya, peradaban manusia di kawasan tersebut. Dan karena nilai-nilai dan etika yang dibawanya adalah nilai-nilai yang dibawa oleh bangsa Arab dan Muslim tanpa dibuat-buat dan dipaksaka.
Inilah yang menafsirkan bagaimana ketika rezim-rezim otoriterisme dan korup jatuh ketika suasana kebebasan dimunculkan. Maka kelompok yang moderat ini maju kedepan dan mendapatkan popularitas publik.
Kedua, tragedi perang 1967 dimana zionis menjajah sisa wilayah Palestina, Sinai dan Golan telah ikut mengungkap peran rezim-rezim militer kawasan, kelompok kiri dan kelompok konservatif nasionalis. Akibat tekanan zionis dan antek-anteknya, kelompok Islam ini mengalami kenaikan disana. Sementara di tempat lain terjadi kekurangan akibat lemahnya kinerja. Tindakan kesewenang-wenangan yang diterapkan oleh rezim-rezim disana kelompok Islam menjadi semakin tertekan. Namun mereka tetap akan terus mengalami perbaikan dan terlepas dari siapa yang berkuasa di pucuk pimpinan kekuasaan dan pemerintahan. Terlepas dari itu kelompok Islam akan memiliki popularitas utama di sebagian besar negara negara Arab.
Ketiga, sejak umat Islam mengalami kemunduran peran peradaban karena kolonialisme atau penjajahan zionis atau perpecahan di internal karena politik belah bambu, mereka juga terlibat konflik ideologi. Mereka menjadi yang sedang mencari identitas. Mereka kehilangan rute politiknya yang bisa mengembalikan identitas dan kebangkitan serta kedudukan mereka sebagai umat yang seharusnya maju dikalangan di atas bangsa lain.
Problematika ekonomi bukanlah problema esensial. Problematika ekonomi hanya salah satu indikator sebagian besar negeri kita termasuk di negeri Arab Spring. Tidak ada satupun warga yang mati karena kelaparan. Banyak diantara mereka yang mati karena penyakit obesitas. Bahkan ribuan mereka mati setiap harinya berkali-kali ribuan akibat ketertindasan dan kezaliman selama puluhan tahun rezim-rezim militer. Rezim yang selama ini mengibarkan slogan nasionalisme, Nasiria, rezim sekuler, kiri sosialis ataupun liberal kapitalisme telah gagal sebagaimana telah gagal pula rezim monarki yang tak mampu menjawab identitas, persatuan, pembangunan dan menghadapi proyek zionisme. Yang tersisa hanya kelompok Islam civilization yang belum mengambil peran hakikinya di dalam pemerintahan.
Keempat, kelompok Islam adalah kelompok yang paling kaya dengan potensi dari kalangan anak mudanya. Hal ini berbeda dengan sebagian besar kelompok kiri, liberal dan nasionalis yang sebagian besar besar pemimpinnya tidak melebihi dari satu musim dan tidak bisa memperbarui atau melakukan suksesi. Kelompok Islam ini adalah kelompok yang paling banyak mendapatkan popularitas dan tersebar di kalangan para pemuda dan para lulusan perguruan tinggi. Termasuk mereka menduduki lembaga asosiasi. Ini menegaskan bahwa kelompok ini telah memenuhi pos-pos politik media, ekonomi selama puluhan tahun.
Jadi kesimpulannya kita saat ini sedang menghadapi generasi yang akan datang dan generasi yang sedang berjalan.
Kelima, barangkali karena kasih sayang Allah kepada kelompok Islam di Mesir sehingga terjadi kudeta militer meskipun dengan berbagai macam tindakan represif yang brutal revolusi di Mesir. Revolusi di Mesir memang belum sempurna dan belum diikuti oleh perubahan perangkat-perangkat revolusi yang memungkinkan untuk menjaganya seperti keadilan transisi. Belum ada perubahan lembaga-lembaga penjaga revolusi dan perangkat untuk melakukan media konter serta cara-cara untuk menyikapi berbagai bentuk perusakan dan pembatalan undang-undang negara yang selama ini sudah mengakar kuat. Kelompok kelompok Islam sendiri dalam posisi dilematis yang tidak mampu untuk melakukan perubahan. Tindakan militer yang menunggangi revolusi 25 januari 2011 untuk merangkul semua kelompok kemudian berusaha melakukan revisi. Yang pada akhirnya mereka mampu menelikung dan memotong jalan untuk menyempurnakan revolusi tapi dengan cara militer.
Kelompok Islam sudah berusaha untuk menerapkan dan mengimplementasikan program-program mereka melalui lembaga-lembaga yang bekerja untuk menggagalkan dan menyatukan mereka. Mereka juga sudah berusaha melakukan penyesuaian diri dengan lembaga-lembaga tersebut dan mengembangkannya dengan keyakinan akan terjadi perubahan dan suksesi kepemimpinan yang damai. Namun akhirnya mereka harus membayar harga yang sangat mahal karena mereka memiliki proyek peradaban di sebuah lingkungan yang sedang menjalankan revolusi.
Ya, mereka harus membayarnya dengan menurunnya popularitas mereka dan ketidakmampuan menerapkan program-program mereka. Maka Allah memberikan kasih sayang kepada mereka dengan cara membuka kedok kepada semua orang tentang "revolusi balasan (revolusi balik)" dan hubungannya dan koalisi mereka serta pengaruh besar yang mereka miliki di dalam lembaga-lembaga negara. Dan semua ini akan memancing terjadinya gelombang revolusi baru. Kelompok Islam telah memberikan contoh peradaban yang luar biasa di dalam menghormati proses demokrasi dan peralihan kekuasaan yang damai, menghormati hasil kotak suara pemilu. Mereka menang di Mesir dengan lima posisiu penting; kemenangan dalam pemilu, membentuk konstitusi baru, lembaga legislative, dewan syuro dan jabatan presiden serta konsitusi dalam pemilu yang bersih dan transparan. Mereka layak menjadi wakil rakyat Mesir.
Di era presiden Mursi tak ada satupun tawanan politik. Media massa pemerintahan sering menyerang mereka dan mencemarkan nama baik serta mengkriminalkan mereka. Namun media masa itu tetap tidak dibredel. Sebaliknya kantor pusat Jamaah Ikhwanul Muslimin dibakar dan sebagian kadarnya dibunuh. Dipermukaan mereka tampak seperti pihak lemah meskipun mereka menguasai pucuk pimpinan pemerintahan. Kelompok Islam telah memberikan contoh peradaban luar biasa, meskipun mereka telah digulingkan dalam sebuah kudeta. Mereka telah membuktikan kesiapan mereka dalam bidang popularitas yang luas dan berkelanjutan.
Di sisi lain kudeta dan para pendukungnya telah terungkap kebohongan dalam jargon demokrasi mereka. Mereka terbukti melakukan pencemaran nama baik, penghianatan, manipulasi dan menyebarkan kebencian. Mereka tidak menghormati dan tidak tahan terhadap kritikan. Mereka kemudian menutup media massa yang berseberangan. Mereka melakukan operasi teror dan penghancuran besar-besaran terhadap kelompok Islam dan setiap orang yang menentang mereka. Ratusan bahkan ribuan darah akhirnya tertumpah darahnya dalam pembantaian terhadap demonstran damai. Ribuan orang ditangkap. Mereka menuding tokoh-tokoh dan kelompok Islam sebagai orang yang berada dibelakang segala macam kerusakan kerusuhan. Ini semua membuktikan kegagalan militer dan pewaris rezim sebelumnya di dalam menyikapi masalah kebangsaan yang tidak mencerminkan sebagai pengembang peradaban yang maju. Mereka telah mempersempit kebebasan. Mereka menyadari tidak bisa memberikan kebebasan kepada kelompok Islam dalam mengungkapkan pendapat dan bekerja atau beraktivitas.
Karena tindakan mereka akan menyebabkan popularitas kelompok Islam semakin naik. Simpati publik terhadap mereka semakin bertambah. Sementara kelompok-kelompok lainnya dan kelompok pemuda justru semakin mendukung kelompok Islam. Mereka telah membuktikan mereka sesungguhnya adalah pembela dari konstitusi dan proses demokrasi.
Ketujuh, tindakan kelompok kudeta militer adalah pengakuan secara tidak langsung akan ketidakmampuan mereka dalam menghadapi kelompok Islam di dalam pemilu yang jurdil. Tindakan represif yang ingin menghabisi kelompok Islam terutama dari jamaah Ikhwanul Muslimin adalah bukti kelompok kudeta dan para pendukungnya lebih memilih berada diatas tank daripada mengikuti pemilu. Kelompok kudeta telah menyiapkan kotak tersendiri dalam pemilu sesuai dengan standar mereka. Karena jika tidak kenapa mereka tidak bersabar 2 bulan atau 3 bulan untuk mengikuti pemilu parlemen dengan jaminan kebersihannya?
Kedelapan, nampaknya pilihan kelompok kudeta terhadap proses demokrasi dan dengan lawan kelompok Islam akan sulit. Bagi mereka masih ada kemungkinan rezim lama korup dan otoriter kembali lagi. Namun public akan menilai permainan demokrasi mereka.
Sembilan, kawasan ini kawasan timur tengah warga sudah tidak lagi merasakan adanya ketakutan rezim rezim represif dan otoriter telah melampaui sejarah dan mereka tidak akan bisa kembali. Mereka tidak akan bisa berlanjut ketika unsur kebebasan dan kehormatan telah mereka rampas. Sehingga bisa dipastikan akan ditentukan oleh kelompok Islam yang memiliki kesempatan lebih kuat untuk kembali memimpin baik dalam waktu dekat ataupun jangka panjang.
Kesepuluh, kelompok Islam bukanlah malaikat. Mereka pun pernah salah dan pernah benar. Mereka bersalah tapi mereka belajar dari kesalahan. Kelompok Islam belajar dari pemerintahan selama puluhan tahun. Mereka membutuhkan fase transisi untuk bisa melakukan kerja kerja dan mengembalikan hak mereka. Barangkali pengalaman yang sudah terlampaui, kelompok Islam terdorong untuk melakukan sejumlah langkah lebih terbuka terhadap semua kelompok masyarakat dan lebih tegas lagi menyampaikan program mereka. Mereka juga harus bisa meyakinkan kelompok minoritas agama dalam program peradaban mereka dan membuka peluang bagi mereka untuk terlibat secara hakiki di dalam kerja nasional. Mereka harus berusaha untuk menampung seluruh potensi, meluaskan koalisi dan kerjasamanya. Sehingga tercipta jaringan keamanan nasional yang menjaga revolusi dan pada demokrasi.
Kudeta telah menjadi pelajaran yang sangat keras kelompok Islam. Pelajaran ini tidak bisa dinilai dengan materi. Mereka mengetahui secara jelas tentang peta kawan dan lawan. Mereka mengetahui titik lemah dan kekurangan mereka. Allah mentakdirkan masalah ini sampai kelompok Islam menjadi lebih baik dengan apa yang mereka miliki untuk membentuk masyarakat dan negara serta mampu melakukan kinerja yang lebih baik. Termasuk dalam melakukan manajemen konflik dengan proyek zionisme dan proyek barat di kawasan Timur Tengah.
"Jangan kalian kira ini adalah buruk bagi kalian, sebaliknya ini adalah lebih baik bagi kalian" (An-Nur;11)
Firman Allah yang paling sesuai dengan mereka. Karena itu gelombang balik revolusi yang menyingkirkan kelompok Islam di Mesir mereka hanyalah satu langkah mundur ke belakang untuk melakukan lompatan jauh ke depan. (bsyr)
Sumber: Aljazeera.net
Asqi Resnawan 11 Sep, 2013
-
Source: http://muslimina.blogspot.com/2013/09/islam-politik-satu-langkah-mundur-untuk.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar